KONSEP
KEINDAHAN DALAM SASTRA MELAYU KLASIK
Keindahan pada dasarnya
adalah kebenaran, ekspresi dan simbol dari kesempurnaan, ciptaan Tuhan, dan
manifestasi perasaan tentang sesuatu yang bagus (Santayana, 1961:23). Ciptaan
Tuhan mau tidak mau telah menjadi satu ukuran dari keindahan itu. Ketika suatu
bentuk ciptaan manusia semakin mendekati kepada kesempurnaan ciptaan Tuhan,
makin indah pulalah karyanya itu. Selain itu, pengalaman yang dirasa oleh
masing-masing pribadi terhadap sesuatu yang bagus dan indah juga merupakan
salah satu hal yang diutamakan dari keindahan tersebut.
Berbicara mengenai
keindahan dalam karya sastra, maka kita akan berbicara mengenai susunan dan
rangkaian kata yang disusun sedemikian rupa oleh pengarang atau penulisnya.
Sebuah karya sastra juga telah mengalami suatu proses pengolahan oleh pengarang
atau penulisnya dari suatu fakta atau kenyataan yang ditemuinya dengan
menggunakan imajinasinya sehingga fungsi estetis dari karya itu pun lebih
menonjol dari pada fungsi informatifnya seperti yang terdapat dalam karya-karya
non-fiksi.
Berdasarkan hal
tersebut dapat dilihat bahwa setiap karya sastra itu memiliki unsur estetis
atau bentuk-bentuk keindahannya masing-masing. Menurut Salleh (2000:234), yang
indah itu dicari karena keupayaannya membawa nikmat yang membawa khalayak
kepada suatu peringkat yang lebih tinggi kepada bayangan pengalaman luar biasa
yang mungkin terdapat hanya di kayangan sastra yang terbina oleh imaginasi.
Melalui karya yang indah, kita memanjat tangga pengalaman yang lebih cantik dan
halus daripada pengalaman harian. Inilah pengalaman sastra yang dicari.
Dalam hal kesusastraan
Melayu Klasik, yang dikatakan sebagai karya yang indah adalah karya yang tidak
saja menampilkan kecantikan bunyi bahasanya, tetapi juga meluas kepada susunan
watak dan ceritanya (Salleh, 2000:237). Selain itu, sastra yang indah itu akan
membawa faedah dan manfaat, biasanya dalam bentuk pengajaran. Pengajaran di
sini dapat ditakrifkan dalam suatu julat makna yang luas, daripada membawa
panduan untuk membina sesuatu barang atau bangunan, kepada contoh untuk menjadi
raja yang adil, istri yang taat, suami yang penyayang, wira yang setia dan
secara umumnya manusia yang baik di sisi masyarakat dan agama.
KEINDAHAN
LUARAN DAN KEINDAHAN DALAMAN
Imam Ghazali
mengungkapkan konsep keindahan ‘luaran’ dan ‘dalaman’. Keindahan ‘luaran’
adalah keindahan yang dinyatakan dan dapat dicerap pancaindra. Keindahan
‘dalaman’ adalah keindahan yang tersirat, tidak dinyatakan dan tidak dapat
dirasakan, namun yang dicerap akal serta memberi landasan kepada keindahan
didaktik yang disebut M.Hj. Salleh. Justru keindahan itulah yang mesti
disampaikan kepada pembaca oleh karya sastra zaman klasik dengan cara-cara
tersendiri melalui keindahan luaran sebagai bentuk syarat dan petunjuk
(Braginsky, 1994: 6)
No comments:
Post a Comment